Saat Yang Tepat Berpisah Dengan Hewan Peliharaan Anjing

Saat Yang Tepat Untuk Berpisah Dengan Hewan Peliharaan Anjing

Saat Yang Tepat Berpisah Dengan Hewan Peliharaan Anjing – Tak ada yang menyenangkan pada saat tiba waktunya bagi kita untuk mengucapkan selamat tinggal kepada anggota keluarga yang telah tiada. Setiap detik terasa sangat begitu berat. Akan tetapi curahan kesedihan yang sama rupanya bisa tertuju kepada hewan peliharaan, setidaknya bagi sebagian orang.

Hal ini terjadi pada Dara Kurtz yang adalah kontributor HuffPost. “Tidak pernah mudah untuk mengucapkan selamat tinggal kepada hewan peliharaan,” tulisnya mengenang saat-saat dia dan juga keluarganya mengucapkan selamat tinggal pada anjing mereka, Ellie. www.benchwarmerscoffee.com

Sesudah berkonsultasi dengan veterinarian, Dara dan juga keluarga nya memutuskan untuk ‘menidurkan’ Ellie di dalam damai melalui proses euthanasia. Anjing Dachshund betina tersebut memang sudah tua dan juga sudah mengalami kebutaan. Sebelum keputusan tersebut dibuat, Ellie juga mengalami penyakit stroke. slot88

“Itu keputusan yang tepat,” tulis Dara. “Ellie sangat kesakitan dan memang telah saatnya anjing nya untuk beristirahat dalam damai.”

Keluarga Dara sempat terguncang di dalam proses pengambilan keputusan itu. Mereka tidak menampik perasaan bersalah yang menghantui.

Anak gadis bungsu Dara meneteskan air mata di dalam perjalanan menuju veterinarian sambil mengatakan, “Aku enggak mau bilang selamat tinggal”.

Dara pun hanya bisa berucap “Iya, ibu tahu” sambil mengusapkan air mata di pipi si bungsu. Hatinya yang semakin remuk pada saat melihat tetes air mata tersebut kemudian berubah menjadi isak tangis kecil.

Pada saat semuanya usai, terdapat perasaan aneh yang bergelayut. “Sungguh aneh, suatu ketika hewan peliharaan Anda hidup dan kemudian dalam waktu kurang dari satu jam hewan peliharaan milik mu tak lagi hidup,” tulisnya.

Saat Yang Tepat Untuk Berpisah Dengan Hewan Peliharaan Anjing

Saat-saat terakhir Ellie juga dialami oleh hewan peliharaan yang ‘tidur’ karena proses euthanasia. Suasananya tenang dan juga damai. Kematian Ellie disertai belaian dan juga kata-kata sayang dari Dara dan keluarga.

Bukan pertama kalinya Dara kehilangan hewan peliharaannya. Sewaktu kecil, anjing Dachshund peliharaannya tewas seketika sebab ditabrak mobil. Peristiwa tersebut begitu mengejutkan bagi Dara kecil. Dia menangis selama berhari-hari di sekolah karenanya.

Depresi karena Kehilangan

Dalam tulisannya di Psychology Today, Psikiater yang bernama Ralph Ryback mengatakan wajar belaka kalau kehilangan hewan peliharaan mengakibatkan kesedihan. Kematian hewan peliharaan, lanjut Ryback, bahkan bisa menjadi pengalaman yang sangat traumatis dan menciptakan perasaan hampa.

Pasalnya, usia rata-rata hewan peliharaan seperti anjing dan kucing dapat mencapai 13 tahun. Belasan tahun itu cukup untuk si pemilik untuk memasukkan hewan peliharaan sepenuhnya ke dalam kehidupan mereka. Rasa kehilangan juga dipicu oleh sifat istimewa dari hewan peliharaan. Anjing, contohnya, dikenal sebagai hewan yang loyal. Dalam banyak kasus, anjing bahkan mampu untuk bertindak sebagai penyelamat manusia.

“Rutinitas pagi hari Anda mungkin tak utuh lagi tanpa bermain lempar tangkap atau jalan-jalan bersama anjing Anda atau berpelukan hangat dengan kucing Anda,” tulisnya.

Sebagai manusia, kata Ryback, kita juga kerap memproyeksikan pikiran, emosi dan juga ide-ide kepada hewan peliharaan. Pada saat yang bersamaan, ada kalanya dimana hewan peliharaan pun dapat mewakili atau bahkan menggantikan anak, saudara kandung, sahabat maupun teman hidup dalam jangka waktu yang cukup lama.

Mengutip dari Washington Post, studi yang dilakukan oleh Sandra B. Barker dan Randolph T. Barker berjudul “The Human-Canine Bond: Closer Than Family Ties” (1988) menemukan bahwa para pemilik hewan peliharaan anjing memposisikan anjing peliharaan mereka layak nya anggota keluarga, bahkan sebagai yang paling dekat dalam 38 persen kasus.

Sementara itu, riset oleh Shelley Stokes, dkk., berjudul “Death of a Companion Cat or Dog and Human Bereavement: Psychology Variables” (2002) menemukan bahwa “depresi kematian, depresi umum, dan sikap positif dan kemelekatan pada hewan peliharaan berbanding lurus dengan dengan kesedihan yang lebih besar setelah kematian kucing dan anjing peliharaan.

Dalam beberapa kasus, kematian hewan peliharaan dapat membuat orang merasakan kesedihan yang luar biasa sebagaimana pada saat mereka kehilangan pasangan hidup manusia. Kendati demikian, beberapa pemilik hewan merasa kesedihan mereka tak terlalu parah.

Masih dari Washington Post, Sandra Barker yang menjabat sebagai direktur Center for Human-Animal Interaction di Universitas Virginia Commonwealth, Amerika Serikat ini mengatakan sangat penting untuk memahami proses terjalinnya relasi pemilik dengan hewan peliharaan.

Beberapa klien Barker terkejut dan bahkan merasa malu pada saat duka mereka saat kehilangan hewan peliharaan lebih besar dibanding ketika kehilangan saudara kandung atau orangtua. Akan tetapi, setelah melihat kembali bagaimana hewan peliharaan sudah mendampingi mereka dan menciptakan ketergantungan, lanjut Barker, barulah klien-klien ini sadar mengapa mereka menjadi sangat sedih.

Siapkah untuk Melepas?

Banyak orang yang menginginkan hewan peliharaan mereka mati dengan cara yang alami. Hal yang sama juga berlaku untuk Tara Parker-Pope dari New York Times. Akan tetapi perbincangan Parker-Pope dengan dokter hewan langganannya berhasil mengubah cara pandangnya.

Dalam tulisannya di New York Times, dokter hewan yang bernama Alive Villalobos mengatakan keinginan Tara untuk membiarkan anjingnya mati secara alami ialah hal yang tidak realistis. Dalam banyak kasus, terang Villalobos, kematian hewan peliharaan secara alami berarti memperpanjang penderitaan yang dialami oleh hewan yang kerap tidak terbaca oleh pemiliknya karena hewan mempunyai kemampuan menahan sakit yang jauh lebih besar dari manusia.

Di alam liar, menurut Villalobos, kematian alami hewan sesungguhnya terjadi lebih cepat dibandingkan pada saat dipelihara oleh manusia. Inilah konsep kematian alami yang sesungguhnya.

Saat Yang Tepat Untuk Berpisah Dengan Hewan Peliharaan Anjing 1

“Pada saat hewan dijinakkan, mereka kehilangan kebebasan untuk masuk semak-semak dan menunggu kematian,” kata Villalobos. “Mereka akan sangat cepat menjadi bagian dari siklus hidup-mati di alam sebab [dimangsa] predator atau sejumlah elemen lainnya. Akan tetapi kita melindungi mereka dari segala hal itu sehingga mereka dapat hidup lebih lama— dan terkadang terlalu lama.”

Villalobos mengadvokasi praktik euthanasia yang ‘bersahabat’ untuk hewan peliharaan. Euthanasia yang bersahabat juga harus dilakukan pada waktu yang tepat. Pertama-tama, hewan diberi obat penenang sebelum disuntik dengan carian yang mematikan.

Villalobos juga membuat alat pembuat keputusan yang didasarkan pada tujuh indikator yang disebut dengan skala HHHHHMM (Hurt, Hunger, Hydration, Hygiene, Happines, Mobility, More).

Dengan skala tersebut, lanjut Villalobos, para pemilik hewan peliharaan dapat menilai kapan waktu yang tepat untuk mematikan hewan peliharaan yang sudah uzur atau sakit-sakitan. Hasil akhir dari skala tersebut haruslah di atas 35. Pada saat skornya mulai turun di bawah 35, sudah saatnya bagi para pemilik hewan untuk membuat keputusan euthanasia.

Tara mengklaim bahwa skala tersebut sudah membantunya untuk mengambil keputusan dalam hari-hari terakhirnya bersama dengan anjingnya yang bernama Fluffy.

“Skala ini dapat memungkinkan saya untuk membuat penilaian yang lebih berjarak terhadap Fluffy, dan itu sumber kenyamanan yang luar biasa bagi saya selama masa-masa yang sangat sulit.”